Pertunjukan dibuka dengan lagu yang mengisahkan Negeri yang sedang sakit. Banyak orang sakit. Dan orang-orang berdatangan ke rumah sakit. Mereka yang benar-benar sakit, merasa sakit atau pura-pura sakit.

Muncul beberapa pasien yang mengeluhkan aneka macam penyakit yang dideritanya. Seorang dokter jaga dan suster mendengar keluhan-keluhan mereka. Dari penyakit yang sebenarnya biasa saja, seperti panu atau gatal-gatal, sampai yang merasa menderita penyakit tahunan. Dokter jaga dan suster melayani dengan tidak semangat, nyaris seperti birokrat melayani keluhan rakyat. Baru ketika ada pasien yang “memberi uang suap”, dokter itu melayani. Itu pun hanya mencatat dan mendengarkan keluhan.

Di antara para pasien yang antre, ada seorang lelaki yang tampak sederhana. Ia satu-satunya pasien yang kemudian tak mau menyuap agar dilayani duluan. Akibatnya pasien ini diabaikan, tak dilayani. Malah, seorang pasien menganggapnya tukang bersih-bersih di Rumah Sakit Rakyat itu.

Kuasa tanpa Rasa

Kuasa sesungguhnya alat kebaikan yang dipergunakan untuk menyingkirkan keburukan. Penguasa yang luhur budi akan senantiasa menjadikan kuasa sebagai amanah untuk menjunjung tinggi keadaban mulia, kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan kesejahteraan sosial.

Lukman Hakim Saifuddin

PANGGUNG SEBELUMNYA